Jumat, 08 Juni 2012

Pendahuluan Risalahku

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an, yang diyakini sebagai firman Allah swt, memaklumkan dirinya sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan mengenai petunjuk itu [Qs. 2:185], serta pembeda antara yang hak dan yang batil. Manusia yang ingin bersikap dan berbuat sesuai dengan petunjuk-petunjuk itu, dan menentukan mana yang hak dan yang batil demi mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat, harus dapat memahami maksud dan petunjuk-petunjuk al-Qur’an tersebut.
Manusia adalah makhluk Allah swt. Ada dua hal yang membedakan manusia dengan makhluk lain. Pertama, Allah swt telah menjadikan manusia dalam bentuk yang paling baik, dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain dari berbagai macam binatang.
لقد خلقنا الإنسان في أحسن تقويم[1]
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah swt telah menciptakan manusia dalam bentuk yang paling sempurna dan paling baik, berbadan tegak, berbentuk indah, berbicara dengan jelas, mengambil makanan dengan tangannya, tidak seperti hewan yang mengambil makanan dengan mulutnya, diberi akal pikiran, dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk, antara yang hak dan yang batil, mampu menerima ilmu pengetahuan, diberi kemampuan menguasai dan mengelola sebagian kekayaan yang ada di bumi dan sebagainya.[2]
Akan tetapi bentuk yang indah itu tidak akan ada gunanya, kalau manusia tidak memiliki hal yang kedua, yaitu akal. Oleh karena itu Allah swt melanjutkan firman-Nya:
ثم رددناه أسفل سافلين إلا الذين آمنوا وعملوا الصالحات فلهم أجر غير ممنون[3]

Tetapi manusia lupa terhadap keistimewaan yang diberikan Allah swt kepada mereka. Mereka menyangka bahwa diri mereka adalah sama dengan makhluk-makhluk lainnya. Maka mereka melakukan apa yang tidak sesuai dengan akal dan fitrah mereka. Mereka hanya mengikuti hawa nafsu mereka tanpa memperhatikan apakah yang dilakukannya baik bagi mereka, dan tanpa memperhatikan apakah perbuatan mereka bermanfaat bagi kehidupan mereka di akhirat, bahkan tidak memperhatikan apakah perbuatan mereka dapat menghantarkan mereka ke surga. Karena kesalahan mereka yaitu mengikuti hawa nafsu dan tidak mentaati perintah Allah swt, maka diturunkanlah derajat mereka hingga titik yang paling rendah.[4]
Akal adalah hal yang paling penting dalam pandangan Islam. Oleh karena itu Allah swt selalu memuji orang yang mau menggunakan akal mereka untuk mentadaburi dan memikirkan penciptaan langit dan bumi, pertukaran siang dan malam, bahtera yang berlayar di laut dengan membawa barang-barang yang bermanfaat bagi manusia, air yang diturunkan dari langit [Qs. 2:164], memikirkan bagaimana Allah swt membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung serta sungai-sungai [Qs. 13:3]. Dan Allah swt juga tidak segan-segan untuk mencela orang-orang yang tidak mau mempergunakan akal mereka, setelah Allah swt memberikan keutamaan kepada manusia atas akal tersebut. Di antaranya adalah  mencela kepada para Ahli Kitab yang saling berbantah-bantahan tentang Nabi Ibrahim as setelah kitab Taurat dan Injil diturunkan kepada mereka [Qs. 3:65], kaumnya Nabi Hud yang tidak mau mengikuti ajarannya [Qs. 11:51], kecelakaan bagi orang yang menyembah selain Allah swt berupa patung-patung yang tidak bisa member manfaat dan tidak pula member mudarat [Qs. 21:66-67]. Dan masih banyak lagi ajakan-ajakan Allah swt untuk senantiasa membuat manusia menggunakan akal yang telah ia berikan kepada manusia.
Posisi akal menjadi sangat penting untuk diketahui oleh seluruh umat manusia. Sama pentingnya dengan mengetahui proses berpikir dan sekaligus metode berpikir. Hal ini dikarenakan, proses berpikirlah yang menjadikan akal manusia memiliki nilai dan sekaligus menghasilkan berbagai buah (produk akal) yang masak, yang mampu membuat kehidupan manusia menjadi lebih baik.
Akal merupakan komponen yang sangat penting yang bisa menuntun manusia menjadi manusia yang paling mulia di sisi Allah swt yaitu dengan menjadikan pemilik akal tersebut menjadi orang yang benar-benar bertaqwa kepada Allah swt. Namun dengan akal pula manusia bisa menjadi sesat apabila di dalam penggunaanya tidak mengikuti batasan-batasan yang telah ditetapkan oleh Allah swt dan dituntunkan oleh Rasulullah saw dalam memahami al-Qur’an dan as-Sunnah. Menggunakan akal untuk memikirkan hal-hal yang diluar jangkauan akal dengan memutarbalikan ayat-ayat yang sudah qaṭi dengan lebih mengedepankan akal [Qs. 2:75].
Oleh karena itu, terkait dengan permasalahan di atas, penelitian risalah ini akan memfokuskan pada penelitian berbagai term ayat-ayat yang berkaitan erat tentang berpikir yang ada dalam al-Qur’an. Al-Qur’an di dalam mengungkapkan term-term berpikir menggunakan kata yang berbeda-beda. Seperti mengerti, memahami, mengingat, berpikir dan merenungkan. Semuanya membawa kepada satu makna, namun penekanan masing-masing kata mempunyai makna yang berbeda. Adapun yang jelas langsung kepada makna berpikir adalah dengan menggunakan kata ‘aql. Dan adapun kata yang aktifitasnya semakna dengan fungsi ‘aql di antaranya dabbara, faqiha, fahima, naẓara, żakara, fakkara,alima, dan kata-kata lain yang dari segi fungsi maknanya memiliki kesamaan dengan kata-kata di atas seperti al-qalb, fu’ād, al-lubb, an-nuhā, al-abṣār, dan al-ḥijr.
Dalam penelitian ini, penulis akan banyak merujuk pada objek kajian Tafsīr al-Qur’ān al-‘Aẓīm karya Ibnu Kaṡīr yang menjadi kitab rujukan primer. Pemilihan Tafsir Ibnu Kaṡīr menjadi obyek penelitian risalah ini, karena mempertimbangkan beberapa alasan. Pertama, berkaitan dengan sosok Ibnu Kaṡīr sebagai seorang mufasir yang dalam penafsirannya cenderung mengikuti pola penafsiran ulama-ulama pendahulunya, yaitu menafsirkan al-Qur’an dengan atsar, baik itu al-Qur’an, Hadis, pendapat sahabat, maupun para Tābi‘īn.[5] Penafsiran seperti ini dianggap sebagai metode yang terbaik karena relatif belum dipengaruhi oleh kepentingan dan tujuan tertentu.
Kedua, berkaitan dengan penafsiran Ibnu Kaṡīr, khususnya terhadap ayat-ayat tentang berpikir. Dalam paparannya terlihat upaya besar Ibnu Kaṡīr untuk ikut andil dalam memperbaharui keagamaan kaum muslimin dengan mengajak untuk kembali pada al-Qur’an dan Sunah Nabi saw serta menjadikan keduanya sebagai sumber dasar pemecahan atas persoalan-persoalan kehidupan umat. Jadi, penulis di sini akan mencoba mengangkat konsep berpikir yang disajikan Ibnu kaṡir dalam tafsirnya yang lebih mengutamakan orisinalitas ayat dan hadis.

B.     Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang masalah di atas, dapat ditarik rumusan masalah pokok yakni:
    1. Bagaimanakah konsep berpikir dalam al-Qur’an.
    2. Bagaimanakah penafsiran ayat-ayat berterm berpikir dalam Tafsir Ibnu Kaṡīr.



C.    Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, penulis bertujuan untuk:
1.      Mengetahui dan memahami konsep berpikir dalam al-Qur’an secara umum.
2.      Mengetahui bagaimana penafsiran Ibn Kaṡir terhadap ayat-ayat yang berterm berpikir dalam Tafsīr al-Qur’ān al-‘Aẓīm.
Sedangkan kegunaan yang ingin penulis capai dengan adanya tujuan penelitian di atas adalah:
1.      Penelitian ini dilaksanakan guna memberikan pengetahuan dan pemahaman yang lebih luas tentang konsep berpikir yang ada di dalam al-Qur’an.
2.      Untuk menambah khazanah keilmuan dalam bidang keagamaan dan bahan bacaan khususnya yang berhubungan dengan penelitian tafsir.
  
D.    Telaah Pustaka
Pembahasan tentang tema berpikir yang menunjuk pada akal sebagai alat utama untuk berpikir sebenarnya bukanlah masalah baru di dalam kajian ilmiah keislaman. Dan sudah banyak ulama dan sarjana yang telah membahasnya, baik dalam bentuk kitab, buku atau artikel. Namun karena begitu menariknya tema ini, maka penulis mencoba membahas tema ini disesuaikan dengan perkembangan zaman yang cara berpikir orang senantiasa berbeda seiring dengan berjalannya waktu, perbedaan tempat dan pemahaman mereka terhadap al-Qur’an.
Yūsuf Qarḍāwī dalam bukunya ‘al-‘Aqlu wa al-‘Ilmu fi al-Qur’ān al-Karīm’ (yang telah diterjemahkan oleh Abdul Hayyi al-Kattani, dkk), menjelaskan keterkaitan antara al-Qur’an dengan akal dan ilmu pengetahuan, serta rasionalitas dann keilmiahan al-Qur’an. Al-Qur’an meletakkan akal sesuai dengan fungsi dan kedudukannya, tidak serta merta menjadikannya sebaggai “Tuhan”, karena Allah swt menciptakan akal dalam keadaaan terbatas.[6]
Taufik Pasiak menguraikan permasalahan tentang ‘aql ini dari sudut pandang yang berbeda, yaitu dari sudut sains kedokteran dan sudut agama. Dia berusaha mempertemukan hasil kajian deduktif berdasarkan al-Qur’an dan kajian induktif yang berkembang dalam ilmu kedokteran. Dia juga memperkaya dengan literatur filsafat dan psikologi.[7]
Sementara itu, mengenai tulisan yang ada keterkaitannya dengan Tafsir Ibnu Kaṡīr di antaranya adalah ‘Konsep Isrāf dalam Tafsir al-Qur’ān al-‘Azīm karya Ibnu kaṡīr’ yang ditulis oleh Aris Muh. Sadzali yang di dalamnya menguraikan tentang Isrāf yang merupakan gejala dari Itrāf (bermewah-mewahan) dengan melihat tentang ayat-ayat Isrāf  yang dipaparkan dengan jelas dalam Tafsir Ibnu kaṡīr.[8] 
Di samping itu, terdapat beberapa tulisan yang terkait dengan tema dalam penelitian ini yang berbentuk skripsi, di antaranya: “Kedudukan Akal dalam Beragama Menurut al-Qur’an,”[9] yang memaparkan tentang keterkaitan antara akal dengan agama, fungsi dan urgensi akal untuk mencari kebenaran dalam beragama. Dan skripsi yang berjudul, “Akal dan Wahyu dalam Pandangan ar-rāzī”,[10] yang menjelaskan tentang kedudukan akal dan wahyu. “Akal Menurut Pandangan al-Gazālī,”[11] lebih memfokuskan kajian al-Gazālī terhadap akal dalam perspektif teologi.
Ada juga tulisan yang berjudul, “‘Aql dalam Tafsir Jamī’ al-Bayān ‘An Ta’wīl ay al-Qur’ān”,[12] yang memaparkan makna ‘aql beserta term yang semakna dengan ‘aql yang lebih menitikberatkan pada segi linguistik, perdebatan tentang fungsi dan kedudukan ‘aql di kalangan para teolog ataupun filosof.
Namun dalam penelitian ini, penulis mencoba memaparkan tentang konsep berpikir yang ada dalam al-Qur’an dari pandangan umum dan secara eksplisit menunjuk pada Tafsir Ibnu Kaṡīr yang lebih menonjolkan corak Tafsir Bi al-Ma’ṡūr-nya.

E.     Metode Penelitian
1.      Sumber Data
            Dalam penelitian ini ada dua sumber data yang diperlukan yaitu sumber data primer dan data sekunder. Sumber data primer yaitu sumber asli, merupakan suatu data pokok yang sesuai dengan pembahasan yang akan dikaji, dalam hal ini adalah kitab Tafsir al-Qur’ān al-‘Azīm karya Ibnu Kaṡīr . Sedangkan sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh dari data-data yang dikumpulkan selain sumber primer.[13]misalnya buku-buku penunjang yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji.
2.      Jenis Data
Untuk penelitian dan pembahasan dalam risalah ini penulis menggunakan jenis penelitian pustaka (Library Research), yaitu penelitian yang obyek utamanya adalah buku-buku perpustakaan dan literature-literatur lainnya.[14]
3.      Metode Atau Pendekatan Yang Digunakan
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Metode Tafsir Mauḍūī, yaitu tafsir tematik dengan cara menghimpun dan menyusun seluruh ayat yang memiliki kesamaan arah, lalu menganalisisnyya dari berbagai aspek untuk kemudian menyajikan hasil tafsiran ke dalam satu tema tertentu.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam metode tafsir Maudūī adalah sebagai berikut:
a.       Menetapkan masalah atau topik yang akan dikaji
b.      Menghimpun ayat-ayat yang membahas topik tersebut
c.       Menyusun urutan ayat sesuai dengan masa turunnya
d.      Kajian inni memerlukan bantuan tafsir tahlīlī
e.       Menyusun bahasan dalam suatu kerangka dan struktur yang padu
4.      Teknik Pengumpulan Data
            Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi, dari data dari sumber primer dan sekunder, setelah itu data yang sudah ada kita kaji kemudian dipaparkan sesuai dengan bahasan penelitian.[15] Dalam hal ini mengumpulkan data tentang Tafsir al-Qur’ān al-‘Azīm karya Ibnu Kaṡīr.
5.      Analisis Data
             Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, kemudian diseleksi dan dirangkai ke dalam hubungan fakta-fakta dengan melihat adanya suatu keterkaitan dan keteraturan data, sehingga membentuk suatu pengertian yang dituangkan dalam bentuk analisis.
      Adapun dalam menganalisis tersebut penulis menggunakan pola berpikir:
a.       Deduktif,  yaitu peneliti berangkat dari pengetahuan yang sifatnya umum, kemudian peneliti menilai suatu kejadian yang bersifat khusus[16]
b.      Induktif, peneliti berangkat dari fakta-fakta yang khusus, yang konkret kemudian ditarik pada suatu pengertian yang mempunyai sifat umum.[17]
6.      Metode Penarikan Kesimpulan
            Dalam penulisan kesimpulan, penulisan risalah ini menggunakan metode induktif. Yaitu menarik sebuah kesimpulan atas dasar data-data yang bersifat teoritis untuk suatu kesimpulan fakta yang bersifat khusus.[18] Dengan menggunakan metode ini diharapkan kesimpulan akhir merupakan hasil penelitian yang bersifat objektif dan dapat dipertanggungjawabkan.

F.      Sistematika Pembahasan
Secara garis besar, penyusunan risalah ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu pendahuluan, isi dan penutup. Tiga bagian tersebut kemudian dikembangkan menjadi lima bab. Masing-maisng bab terdiri dari beberapa kajian yang secara logis saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan.
            Bab I yang merupakan pendahuluan, membicarakan tentang latar belakang masalah yang menjadi alasan mengapa kajian  ini penyusun angkat sebagai topik kajian, rumusan masalah yang menjadi kajian, kemudian dilanjutkan tujuan dan kegunaan penelitian, telaah pustaka, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
            Bab II sebagai pengantar pada pembahasan pokok, penulis mendeskripsikan tentang biografi Ibnu Kaṡīr meliputi latar belakang kehidupan, aktifitas pendidikan dan keilmuan, karya-kara Ibnu Kaṡīr, karakteristik Tafsir al-Qur’ān al-‘Azīm yang juga mencakup sistematika tafsir, metode, corak dan nuansa tafsir yang Ibnu Kaṡīr curahkan di dalam kitab tafsirnya.
            Bab III akan membahas tentang pandangan umum tentang ayat-ayat berpikir dalam al-Qur’an meliputi konsep berpikir dalam al-Qur’an, konteks penggunaan term berpikir dalam al-Qur’an, dan medan semantika term berpikir dalam al-Qur’an.
            Bab IV berisi tentang analisis terhadap ayat-ayat berpikir dalam al-Qur’an ditinjau dari segi penafsiran Ibnu Kaṡīr. Konsep yang ada dalam Tafsir Ibnu Kaṡīr tersebut.
            Bab V sebagai bab terakhir yang merupakan penutup dari pembahasan penelitian akan berisi mengenai kesimpulan dan saran-saran.




 








[1] At-Ṭīn [95]: 4.
[2] Prof. Drs. Sa‘ad Abdul Wahid, Tafsir al-Hidayah, (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2004), jilid III, hlm. 24.

[3] At-Tîn [95]: 5-6.
                                       
[4] Prof. Drs. Sa‘ad Abdul Wahid, Tafsir al-Hidayah,…jilid III, hlm. 24
[5] Saiful Amin Ghafur, Profil Para Mufasir al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008), hlm. 107.
[6] Yūsuf Qarḍāwī, al-’Aql wa al-‘Ilmu fi al-Qur’an al-Karim, alih bahasa Abdul Hayyi al-Kattani, dkk, Cet. Ke-1 (Kairo:Maktabah Wahbah, 1996), hlm. 77-85.

[7] Taufik Pasiak, Revolusi IQ/EQ/SQ, Antara Neurosains dan al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 2003).

[8] Aris Muh Sadzali, “Konsep Isrāf Dalam Tafsîr al-Qurān al-‘Aẓîm Karya Ibnu Kaṡîr”, Skripsi, Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, (2005).

[9] Hervrizal, “Kedudukan Akal dalam Beragama Menurut al-Qur’an”, Skripsi, Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, (2002).

[10] Abdul Aziz, “Akal dan Wahyu dalam Pandangan ar-rāzī”, Skripsi, Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, (1998).

[11] Bambang Setiono, “Akal Menurut Pandangan al-Gazālī”, Skripsi, Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, (2001).

[12] Maftuh Mubarak, “‘Aql dalam Tafsir Jamī’ al-Bayān ‘An Ta’wīl ay al-Qur’ān”, skripsi, Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, (2009).
[13]  Winarno Surahmad, Dasar dan Teknik Research, (Bandung: Tarsito, t.t.), hlm. 132.

[14]  Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1995), hlm, 3.
[15] Winarno Surahmad, Dasar dan Teknik, …hlm. 131.

[16] Sutrisno Hadi, Metodologi Research,hlm. 42.

[17] Ibid., hlm. 42.

[18] Winarno Surahmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Tarsito, 1989), hlm. 21.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes